Hari Baru di Sekolah: Kembali dengan Fitrah, Melangkah dengan Harapan

Pagi itu, 9 April 2025, halaman SMKN Pertambangan kembali hidup. Langkah-langkah yang sempat terhenti kini berdatangan satu per satu, memenuhi lorong dan pelataran sekolah. Wajah-wajah yang selama sebulan terakhir hanya bersua lewat layar ponsel, kini kembali hadir secara nyata—di antara barisan yang rapi, senyum-senyum canggung, dan suara salam yang bersahutan.

Di bawah langit biru yang bersih setelah gerimis semalam, siswa-siswi berdiri berjejer, menyambut satu sama lain, juga menyambut guru-guru yang berdiri di depan gedung sekolah dengan senyum yang lebih hangat dari biasanya. Di sanalah, tangan-tangan terulur. Satu per satu siswa maju, menunduk hormat, menjabat tangan para guru dan staf, menyelipkan kalimat tulus, “Mohon maaf lahir dan batin.”

Tak sekadar seremoni, momen itu adalah pengingat: bahwa manusia bisa salah, dan karena itu, saling memaafkan menjadi bagian dari tumbuh dewasa. Di wajah-wajah itu, tergambar kelegaan dan harapan. Mereka tidak hanya membawa ransel berisi buku pelajaran, tapi juga membawa fitrah—kesucian hati yang ingin memulai kembali.

Beberapa siswa terlihat merapikan meja dan kursi di teras kelas, seolah ingin menata ulang ruang belajar yang telah lama kosong. Ada yang mengangkat kursi, ada yang membuka pintu kelas dengan pelan, semua dilakukan tanpa banyak suara—seperti menghayati bahwa hari itu bukan hari biasa.

Sekolah bukan sekadar tempat menuntut ilmu. Ia adalah ruang pulang, tempat kembali setelah perayaan dan perenungan, tempat menulis ulang lembaran baru dengan niat yang dibarui.

Dan di pagi yang fitri itu, segalanya terasa mungkin. Harapan digantungkan setinggi langit. Semoga mereka yang kembali ke bangku sekolah hari ini tak hanya hadir untuk menyelesaikan tugas, tapi juga untuk tumbuh—menjadi lebih kuat, lebih bijak, dan lebih manusiawi.

---

Bagikan Artikel ini